Minggu, 26 Juli 2015

Rezeki, Jodoh, dan Mati

Rezeki. Jodoh. Mati.
Itu semua rahasia. Rahasia yang harusnya kita tahu bahwa semua itu dijamin. Jaminan yang jujur dan berintegritas tinggi. Janji yang dibuat Sang Pencipta untuk hambanya. Lalu, kegelisahan seperti apa yang menggerogoti setiap pecinta uang, ketika uang tak kunjung tiba. Kekhawatiran seperti apa yang berhalusinasi dalam pemikiran setiap pencinta lawan jenisnya, ketika laki-laki atau perempuan tak kunjung dekat. Keangkuhan seperti apa yang menenangkan, ketika maut sudah mengitari tanpa suara.
Kadang kita tidak sadar bahwa rezeki terbesar adalah kedamaian bersama-Nya.
Kadang kita tidak sadar bahwa jodoh terbesar adalah menjadi pemuja-Nya.
Kadang kita tidak sadar bahwa mati terbesar adalah ketika lupa kepada-Nya.

Sebagai seorang dalam kondisi tua menurut kebanyakan orang untuk menikah, kadang rezeki belum mendekat, sementara kematian sudah mulai menyapa. Sudah berulang kali rasa panas dingin campur aduk untuk membenamkan logika dalam sarang-sarang gelap.

Usiaku 30 tahun lebih. Belum menikah. Rezeki juga masih sempit. Umur? Aku sama sekali tidak tahu. Kebanyakan orang-orang di sekitarku, sedikit berkomentar. Mungkin juga mereka gerah. Mudah-mudahan tidak jengah dan memandangku dengan pandangan sebelah mata. Seandainya demikian, ya, itu memang sudah menjadi garis takdirku. Namun, peperangan dalam batinku tak dapat ku elakkan. Aku juga sadar bahwa ini tidak hanya terjadi kepadaku. Banyak orang yang mengalami. Pertanyaannya? Apakah hidup ini kejam? Mungkin tidak juga. Karena kekejaman hanyalah soal rasa. Sementara, rasa itu hanya sebagian dari unsur manusia yang terdiri atas Logika, rasa, dan nafsu. Logika menuntunku untuk memahami setiap peristiwa. Rasa menuntunku untuk mempertimbangkan setiap langkah. Nafsu, tentu saja membimbingku untuk bersemangat. Harapanku, seluruh unsur itu menuntunku untuk menghambakan diri pada-Nya. Itu semua ku lakukan karena aku menjalankan perintah-Nya.

Tariklah nafasmu, lalu tahanlah semampumu. Dan rasakan bahwa tanpa rezeki Tuhan-Mu kehidupanmu akan binasa.

Ingat-ingatlah orang-orang yang pernah dekat denganmu. Lalu, lihat perbuatannya. Seandainya mereka sudah bersamamu kini, apakah menjamin hidupmu bahagia. Yakinkah dirimu, bahwa Tuhan telah mempersiapkan seseorang yang sesuai untukmu menurut-Nya dan diberikan pada waktu yang tepat pula.

Datanglah ke kuburan! Coba hitung berapa jumlahnya! Berapa lama mereka berada di sana? Adakah yang berada di dalam kubur lebih lama dari umurnya.

Guru saya pernah berkata, Setiap fase kehidupan cenderung memiliki masa yang lebih panjang. Coba hitung berapa usia sperma setelah dipancarkan? Coba hitung masa kehidupan dalam kandungan? Coba hitung masa kehidupan di dunia? Coba hitung masa kehidupan dalam kubur? Coba hitung kehidupan di padang mahsyar, mizan, sirath, dan surga atau neraka?

Ku serahkan hidupku dan matiku, rezekiku, jodohku, dan agamaku hanya kepada-Mu, Ya Allah.

Tidak ada komentar:

silahkan tempatkan kode iklan, banner atau teks disini