Rabu, 18 Agustus 2010

Semangat Sang Pencinta

Pagi ini, hujan mengguyur kota di mana diriku berdomisili. Samarinda, itulah kotaku. Banyak hal yang ku rasakan pagi ini. Badanku terasa lelah, entah karena apa. jika berbicara tentang istirahat, aku pikir sudah lebih dari cukup. Aku harus keluar dari kepenatan ini. Sebuah kata yang memberikan inspirasi bagiku dan mungkin juga orang lain adalah " Semangat ".

Semangat menggerakkan diriku untuk terus menampilkan yang terbaik, meski aku sadar tidak selamanya aku bisa menampilkan yang terbaik dalam kehidupanku. rintangan demi rintangan menghadang jalanku. Hari ini aku ingin bercerita kepada semua orang di dunia tentang cinta dalam hidupku. Bannyak orang merasakan manisnya cinta, namun banyak juga yang merasakan pahitnya cinta.

Cinta bagiku memberikan kekuatan yang dahsyat yang tidak mungkin dilakukan oleh orang-orang yang tak pernah merasakan cinta. sebuah kekuatan yang mampu menggerakkan setiap jiwa menuju ke kekasihnya mengalahkan jutaan rintangan kehidupan.

Berkenaan dengan cinta, Ternyata diriku diberikan posisi sebagai seseorang yang menjadi pusat perhatian. Namun, tidak setiap cinta bisa kita dapatkan secara sempurna. Tatkala diriku suka, maka aku tak berani mengungkapnya. ketika orang lain suka, maka diriku yang tidak mendapatkan semangat cinta yang diberikannya. Aku mulai memahamkan ke diriku bahwa Cinta memang tidak bisa dipaksakan.

Sebagian kawan-kawanku mengatakan diriku sebagai Flamboyan yang selalu menebar wanginya pesona cinta ke setiap wanita. Namun, aku bingung harus beralasan dengan apa. Ketika diriku hanya ingin memberikan keramahan diriku kepadanya, mereka memberikan cintanya untukku. Apa yang salah di sini. keramahan yang hadir dalam tuturanku. Cinta yang hadir di hati mereka. Semuanya datang daripada kuasa yang tak mungkin bisa dicapai makhluk. Kuasa Sang Pencipta. Yang menciptakan cinta, Yang menciptakan keramahan pada makhluk-Nya.

Mari kita merenung sejenak,


Tatkala cinta menghampiri jiwa manusia, banyak yang bahagia karenanya. senyumnya merekah. Tingkahnya pun lain dari kebiasaannya. terkadang senyum-senyum sendiri. terkadang mengalami kerinduan yang mendalam pada kekasihnya. Berbagai aktivitas dilakukan dengan rela, tak ada gerutu, tak ada amarah, tak ada benci, tak ada gelisah. Hanya ketenangan yang menyelimuti jiwanya yang suci.

Jika kita mengingat ini dalam diri kita, akankah kita menganggap cinta kejam dan jahat ataukah diri kita yang jahat karena telah merusak kemurnian dan ketulusannya. masihkan diri kita merasakan cinta Sang Pencipta Cinta? Pertanyaan demi pertanyaan akan memburu kita untuk mengetahui makna dari cinta yang sebenarnya.

Cinta tak mengenal rasa sakit, namun keterbatasan ridho manusia membuat jiwa sakit.
Cinta tak mengenal amarah, namun keterbatasan sabar manusia membuatnya meledak.
Cinta tak mengenal dendam, namun keterbatasan hati yang sempit membuatnya terhimpit.
Cinta tak mengenal kecewa, namun keterbatasan ikhlas membuatnya merana.

Cinta yang seperti apa yang kita rasakan saat ini?

Jumat, 13 Agustus 2010

Pangeran dan Bidadari

Tersenyumlah Bidadariku, Di saat engkau menatap senyumku untukmu.
Rizal Effendy panga

Sang malam memintaku, menemaninya malam ini.
Bersenda gurau dengannya.
Entah apa pikirnya?

Sebuah kisah Pangeran dan bidadari, katanya:
Tatapan keheningan memendar cahaya sunyi bintang-bintang.
Berkelebat dua senyum pada bintang dan rembulan,
memadu kasih di keremangan malam,
membiarkan kumbang-kumbang terlelap,
dan mendengkur tanpa ada tanya.

Sebuah kisah Pangeran dan Bidadari, katanya:
Cendawan hutan menutup lukanya, Singa berlalu tanpa auman.
Senyum itu tersenyum pada kawah-kawah nurani.
Gelombang bidadari menghampiri pokok-pokok cemara.
Menari dan tertawa dalam pusaran waktu-waktu senja, ketika
sepasang merpati terbang menembus selaput imajinasi.

Sebuah kisah Pangeran dan Bidadari, katanya:
Mentari cemburu, menatap malu-malu
Mempesona sang mimpi, merekah lenyapkan bulir-bulir angkara.
Terpaku aku dalam matamu, tertawa aku dalam pelukmu,
Dan tersipu aku dalam tatapmu.
Bermula pesan mencari mula-mula harapan.

Sebuah kisah pangeran dan Bidadari, katanya:
Angin berkelakar kepada langit, melambai awan putih.
Jemarinya mulai bergerak, menarikan tarian bayu.
Kakinya mulai berdetak menyungging senyum itu.
Senyum yang lama ku tunggu, senyum lekukan bibir merahmu.
Ketika raga ini hanya terpaku.

Sebuah kisah pangeran dan bidadari, katanya:
Tanah hanya termenung diam, mengintip malu-malu pesona
Bidadari mengitari taman-taman hatiku. Membentuk mahligai pelangi.
Kamar-kamar pualam terhampar, hiasi pesona semesta.
Kicauan burung, aliran air, desiran angin, hijau rerumputan, sinar mentari,
Bersidang menyambut sang Pujaan Hati.

Sebuah kisah pangeran dan bidadari, katanya!
silahkan tempatkan kode iklan, banner atau teks disini