Kamis, 10 Maret 2011

Balada Bocah Asongan

Ringkih terbaring lesu.

Mentari menemanimu bersama hiruk pikuk kota.

Tak ada kata, apalagi suara.

Bumi menjadi kasur siang ini.



Sejenak,

angin hendak berhenti bertiup,

menyelimuti dua onggok tubuh bocah asongan,

berlomba mendengkur, getir terhempas gelombang dunia,

terpental dari peradaban, hilang.



Berjuta pasang mata di atas kuasa,

memandang, menatap sepi,

mencoba asa peduli, terbakar api cemburu.



Cemburu pada siang ini,

cemburu pada sore nanti,

cemburu pada malam sepi.

Lalu, lenyap bersama pekat malam.



Dua bocah asongan hanya menanti,

mengabarkan berita republik ini,

menerobos mimpi,

hanya bisa menyepi,

kemudian berkata:

Kami anak langit berbaju angin menatap mimpi-mimpi panjang matahari.

berlari kian kemari, menyentak bumi bersua arogansi itu.

Akankah kami punya arti?





Samarinda, 11 Maret 2011

Tidak ada komentar:

silahkan tempatkan kode iklan, banner atau teks disini