Jumat, 16 April 2010

Kata di Selembar Kertas Lusuh

Ku tulis sebuah horizon baru

Di kertas lusuh ini,
yang ku temukan di laci kerja, pagi ini.
Berkelana dengan gempuran prajurit kata
siap menyerang benteng sajak berpagar aura mitos.
Senjata ditempa, besi-besi dilebur dalam kobaran api,
lalu dipukul berdenting memekakkan telinga, hati cakrawala sajak-sajak pinggiran.

Di kertas lusuh ini,
yang ku temukan di laci kerja, pagi ini.
Bertumpuk-tumpuk dengan debu, ku tuliskan kembali kata yang tak berani ku katakan.
Di depan calon abdi bangsa,
yang tertunduk, menekuni setiap huruf yang mulai kabur dari sajak-sajak yang telah lama menumpuk dalam lemari puisi.
Berkonsentrasi membaca sajak.
Ya, sajak-sajak yang tak mereka mengerti,
sajak-sajak yang terpaksa dihayati,
sajak-sajak yang tak mereka kenal.
Apakah pura-pura ataukah memang suka bercumbu dengan sajak-sajak itu?

Di kertas lusuh ini,
yang ku temukan di laci kerja, pagi ini.
Ku tulis kembali kata, tapi aku tak ingin menjadikannya kata,
Lalu ku ganti kalimat, tapi aku tak puas hanya kalimat itu saja,
Lalu ku tambah lagi, tambah lagi, dan terus ku tambah.

Di kertas lusuh ini,
Yang ku temukan di laci kerja, pagi ini.
Yang berisi deretan kata-kata.
Inginkah mereka?
Melirik kertas lusuh yang telah ku muat kata-kata,
di dalamnya berkobar api tempaan senjata penggempur benteng sajak.


Samarinda (smu negeri 11),
29 Januari 2010

Tidak ada komentar:

silahkan tempatkan kode iklan, banner atau teks disini