Jumat, 04 Desember 2009

Dua Puncak Gunung

Empat laki-laki menantang maut di atas puncak gunung.
kaget melihat bayang-bayang yang tak pernah dilihat sebelumnya.
ingin berbicara sebenarnya, tapi sudah tak mampu berkata.
dua terpental menabrak kaca, satu tersungkur membumi,
dan satu terjepit oleh si muka dan si belakang.

Alam berteriak, darah mengucur membasahi bumi, tulang-tulang patah remuk.
semua histeris, berkelana dalam dering-dering ambulan,
terkapar dalam ruang-ruang yang sudah mulai gelap.

Jam delapan malam hari satu lelaki itu berjuang mempertahankan nafasnya,
namun ia pun kalah, karena tak punya kuasa.
Jam sembilan malam hari satu lelaki kaget, nafasnya juga beradu sesak,
namun ia pun kalah, karena tak punya kuasa.
Jam sebelas lewat tiga puluh menit satu lelaki pun hendak mengurung nafasnya dalam dada sesaknya, namun ia pun kalah, karena tak punya kuasa.
namun ia pun kalah, karena tak punya kuasa.
Sementara, satu lelaki harus menahan perih yang meremukkan tulang-tulangnya, terdiam, lesu dalam sesal.

Dua sudah kembali kepada-Nya, Satu entah bagaimana kabarnya, dan satu lagi terbaring menahan semua sisa-sisa kisah dua puncak gunung.

Tidak ada komentar:

silahkan tempatkan kode iklan, banner atau teks disini