Jumat, 13 Januari 2012

Adikku

Hujan datang lagi adikku. mungkin disana juga sedang hujan. tapi aku tahu, kau masih punya asa. tak hanya diam menanti rembulan terbit malam ini. kau, pasti terus melangkah, meski kau tak kuat melangkah sendiri. tapi aku tahu kau masih punya kedua kaki. kalau lelah, istirahatlah. ketika lelahmu hilang, kembalilah untuk melangkah. kau tahu adikku, bahwa disini aku banyak menjumpai orang-orang tak berkaki, tetapi masih bisa menatap pagi sembari tersenyum. Bukan waton tapi maton (bukan asal, tapi berazas). Kemarin ku dengar, kalimat pendek itu dari guruku. adikku, kalimat ini memang sederhana. Sesederhana itukah? Ya. Adikku, kau sekarang sedang belajar bukan? Pesanku, belajarlah untuk mengatakan yang benar, bukan perkataaan yang asal-asalan. mungkin kadang-kadang orang tidak suka dengan kebenaran yang kau katakan, tapi percayalah itu akan menjadi bagian dari dirimu. matahari pun selalu benar. terbit selalu dari arah timur menuju barat. andai, matahari berbohong sekali saja kepada tuhan dan datang dari arah timur. tentu semesta akan terganggu. Mungkin kalau kita asal-asalan, orang-orang di sekitar kita juga terganggu. teruslah belajar adikku. Adikku, menenangkan hati memang tidak mudah. kadang kita bisa, kadang kita malah menambah gelisah. sementara, burung-burung hanya tahu rasa gembira, tak pernah sedih, pergi pagi mencari makan, dan pulang sore dalam keadaan kenyang. lalu tertidur. manusia memang bukan burung adikku, tapi kita bisa belajar dari semangat sang burung. Adikku, di sini hujan lagi. mungkin di sana sedang panas. namun, aku ingin kau tetap dingin. dingin yang lembut yang memberikan kesejukan bagi matahari. matahari sudah terlalu tua untuk merasakan kesejukan, mungkin juga sudah lupa rasanya bagaimana. adikku, jika kau terbangun ingatlah bahwa matahari itu akan bangkit dengan memberikan kehangatan kepada bumi dari dinginnya malam. namun, jika malam hari kau jangan bersedih, karena matahari sedang menghangatkan belahan bumi yang lain. adikku, kau tahu bukan, bahwa hibup harus bermanfaat laksana matahari yang memberikan kehangatan tanpa diminta, meskipun dirinya tak pernah merasakan kesejukan. Adikku, jangan bersedih lagi meski dunia sudah berlaku tak adil padamu. Hari ini, lahar di mataku memberontak setelah mendengar kisahmu. Mungkin itu karena aku tak bisa melihat wajahmu. Aku tahu, hatimu sedang berduka. Adikku, kau tentu ingat tentang seorang anak yang kita temui di pasar. Meski sudah lama, kau masih ingatkan dengan wajah anak itu. Kau dulu pernah bilang, dunia tak adil bagi anak itu. Tapi kini, kakakmu juga beranggapan yang sama denganmu. Dunia sedang berlaku tidak adil padamu. Adikku, kau tahu, hidup terus berlayar menuju garis finish. Meski dayungmu retak, jangan kau biarkan dayung itu patah. Ikatlah yang kencang agar kuat menahan gelombang kehidupan. Aku tahu kau masih bisa tersenyum adikku. tersenyumlah yang paling manis, yang belum pernah kau tunjukkan kepadaku.

Tidak ada komentar:

silahkan tempatkan kode iklan, banner atau teks disini