Selasa, 28 Oktober 2008

Tsunami

Luluh….

Lantak….

Bernanah….

Darah meluap membanjiri kota

Onggokan manusia menggunung

Jeritan tangis menderu telinga-telinga tak berdaun

Terhempas badai ketakutan, menelan ludah kepahitan

Kotak-kotak besi tak kuat berjalan.

Beradu apa kepulan debu tak kuat melantunkan kedamaian

Terkoyak kebengisan alam

Berayun tak tentu arah terbenam kenangan masa.

Tsunami

Luluh….

Lantak….

Bernanah….

Darah meluap membanjiri kota

Onggokan manusia menggunung

Jeritan tangis menderu telinga-telinga tak berdaun

Terhempas badai ketakutan, menelan ludah kepahitan

Kotak-kotak besi tak kuat berjalan.

Beradu apa kepulan debu tak kuat melantunkan kedamaian

Terkoyak kebengisan alam

Berayun tak tentu arah terbenam kenangan masa.

Gendang Semesta

Langkahku berderap ikuti langkah-langkah tarian alam

Terbawa mengawang luapkan ego

Terbuai alunan menatap mentari

Irama gendang memecah kesunyian

Terbang mengitari wajah-wajah kaku

Gendang…..gendang…….gendang…..

Oh….semangat semesta

Satukan kekuatan mengalir tanpa henti.

Tak-tak-tak-tak-tak-tak-tak.

Tak-tak-tak-tak-tak-tak-tak.

Tak-tak-tak-tak-tak-tak-tak.

Tak-tak-tak-tak-tak-tak-tak.

Tak-tak-tak-tak-tak-tak-tak.

Tak-tak-tak-tak-tak-tak-tak.

Tak-tak-tak-tak-tak-tak-tak.

Gelombang Cinta saling mengejar mengapai angan-angan panjang tanpa kenal putus asa

Raih…..raih…..raihlah apa yang bisa kau raih

Tenggelamkan dirimu dalam angan-angan

Satukan semua angan

Satukan semua harap

Satukan semua…..satukan semua dengan apa yang bisa kau lakukan.

Minggu, 26 Oktober 2008

Lambaian Sepi

Aku mendengar bisikan hati mengiris pilu

Menahan rintihan panjang, berkelana

Mencari cinta sejati

Keresahan bertubi-tubi melahap sgala impian

Terbelunggu jiwa-jiwa pendosa

Terurai air mata lelapkan pengelana senja

Usai sudah harap

Namun,

Ikhlas hati mengobati sgala gundah

Lirik-lirik kematian bersemayam tumbuh

Puaskan dahaga petualang-petualang semesta

Menatap kebesaran Ilahi

Berpaling dari dunia fana tua renta

Ku hanya bisa ungkapkan rasa

Tanpa harus ku tahu aku di mana

Aku hanya seorang diri sebatang kara di tengah gemuruhnya dunia

Pontang-panting ku cari namun semuanya lari

Aku terdiam duduk lesu patah luluh

Ke mana ku harus mengadu

Ke mana ku harus melangkah

Ke mana dunia yang gemerlap

Ke mana ku harus membawa derita

Sendiri……sendiri……sendiri

Sendiri dalam kemarahan

Sendiri dalam kekecewaan panjang

Sendiri menyaksikan pertempuran dua jiwa dalam relung sukma.


Rizal Effendy Panga, Samarinda - Kalimantan Timur


silahkan tempatkan kode iklan, banner atau teks disini